Kosgoro

KOSGORO 1957, Garda Depan Pengamalan dan Pengamanan Pancasila

Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspinas) KOSGORO 1957 yang berlangsung di Clarion Hotel Makassar, 6 – 8 juni 2011 yang dibuka  Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, dan dihadiri oleh Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar Akbar Tandjung, Ketua Umum PPK KOSGORO 1957, HR. Agung Laksono dan sejumlah fungsionaris DPP Partai Golkar antara lain Sekjen DPP Partai Golkar Idrus Marham dan Bendahara Umum yang juga Ketua Fraksi Partai Gokkar di DPR RI, Setya Novanto.
Ditengah sorai peserta dan undangan pada Upacara Pembukaan Muspinas 6 Juni malam itu, yang menurut M. Tamsil Tadjuddin Ketua Panitia (Daerah) Muspinas mencapai jumlah 5000-an orang yang memadati Ball Room Clarion, Aburizal Bakrie menyampaikan Sambutan Pembukaan dan Pengarahaannya dengan bersemangat. Aburizal mengatakan Muspinas KOSGORO 1957 ini dapat dijadikan momentum untu merespon dan membahas berbagai masalah bangsa yang berkembang saat ini. Sehingga kita dapat menemkan ide cemerlang dan memberikan alternatif solusi terbaik dan tepat bagi kemajuan bangsa.
KOSGORO 1957 menurut Aburizal yang didirikan atas dasar-dasar filosofis yang sangat tinggi dan hakiki. Sehingga, kehadirannya dirasakan manfaat dan urgensinya ditengah-tengah perubahan sosial masyarakat dewasa ini. “Nilai filosofis yang menjadi dasar pembentukan organisasi KOSGORO 1957, sangat relevan dengan dengan arah dan orientasi krehidupan masdyarakat modern. Dan nilai filosofis tersebut tercermin pada doktrin Tridharma KOSGORO 1957, yakni : Pengabdian, Kerakyatan dan Solidaritas.” Yang sambut meriah para peserta yang datang dari 31 provinsi dan 400 Kabupaten/Kota dari Seluruh Indonesia serta para undangan yang datang dari seluruh Sulawesi Selatan itu.
Dengan semanbat yang di landasi oleh Tridharma KOSGORO 1957 itu, ujar Aburizal, maka nilai-nilai ideologi Pancasila senantiasa berkibar di KOSGORO 1957. Ini terjadi, tambahnya, justeru tengah ditengarai nilai-nilai Pancasila tersebut telah mengalami kemerosotan atau  melemah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Hal tersebut menunjukkan bahwa sejak berdirinya KOSGORO 1957, senantiasa konsisten dalam menjaga, mengamalkan dan mengamankan ideologi Pancasila dan berkonstribusi nyata dan aktif dalam menjaga eksesistensi dan membangun bangsa” ujar Aburizal bersemangat. Dalam presfektif ini, tambahnya, sejatinya KOSGORO 1957 menjadi garda terdepan bagi perjuangan Partai Golkat untuk mengamalkan Pancasila, sekaligus melawan bilamana ada pihak yang ingin merongrongnya.
“Hal ini, tandas Ketua Umum DPP Partai Golkar itu, merupakan bagian dari refleksi kita adakah bahwa Golkar eksis dengan salah satu pendirinya adalah KOSGORO 1957 sebagai respons terhadap adanya dinamika politik yang di warnai perdebatan ideologis untuk mengganti Pancasila sebagai dasar idelogi negara dan palsafah hidup bangsa Indonesia. Itu sebabnya Golkar senantiasa konsisten menjadikan Pancasila sebagai ideologi perjuangan partai”
Oleh karena itu, katanya, pihaknya akan tetap dan sangat berharap agar Keluarga Besar KOSGORO 1957 dapat lebih memainkan peran sentralnya senbagai agen perubahan sosial. Terutama dalam memberikan akses pada masyarakat luas dalam memberdayakan ekonomi yang memang menjadi ciri karakter KOSGORO 1957 sejak berdirinya”
Selain Aburizal Bakrie, sebelumnya teah menyampaikan sambutan laporannya Ketua Panitia Penyelenggara Ir. Airlangga Hartarto, Ketua Umum PPK KOSGORO 1957 HR. Agung Laksono dan Gubernur Sulawesi Selatan yang juga Ketua PDK KOSGORO 1q97 Provinsi Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo.
Peresmian Muspinas ditandai dengan pemukulan gedang secara serentak oleh Aburizal Bakrie, HR. Agung Laksono dan Syahrul Yasin Limpo dengan support gendang oleh satu Tim Penabuh Gendang yang disambut meriah para peserta dan undangan Muspinas.
Pelantikan
Upacara pembukaan Musoinas sangat megah dan meriah itu, di awali dengan rangkaian pelantikan kepengurusan Pimpinan Derah Kolektif KOSGORO 1957 Provinsi Sulawesi Selatan masabhkati : 2011-2016 sebagai kelanjutan dari Musda KOSGORO 1957 Provinsi Sulawesi Selatan beberapa waktu lalu.
Musda yang lalu, kembali mempercayakan kepemimpinan KOSGORO 1957 Sulawesi Selaytan keoada Syahrul Yasin Limpo sebagai Ketua, yang di lengkapi dengan sederetan pengurus.
Orientana Angkatan II
Siang hari pukul 14.00 pada 6 Juni 20011 bertempat di Jasmine Room Hotel Clarion berlangsung Orientasi dan Tatap Muka (Orientama) Angkatan II yang diikuti sekitar 1.000 peserta Nuspinas yang telah terlebih dahulu hadir. Materi yang terpilah dalam  Materi Dasar, Materi Pokok (Ke-Golkar-an dan Ke-Kosgoro-an), Materi Penunjang dan Evaluasi.
Tampil sbagai narasumber antara lain Ir. Akbar Tandjung, Idrus Marham, Rully Chairul Azwar, Rambe Kamarul Zaman,  Drs. HM. Djonharro dan Prof. DR. Anwar Arifin. Orientama Angkatan II dibuka secara resmi oleh Ketua Umum PPK KOSGORO 1957 dan Ketua PDK KOSGORO 1957 Provinsi Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo (Ark).
Jun
02

KOSGORO 1957, Merambah Langkah Sejarah

Posted by HM Djonharro
Disusun oleh : Drs. HM. Djonharro
Catatan : Naskah ini, yang tersaji secara Semi Artikel, adalah sebuah catatan pribadi dari Kesaksian Sejarah sepanjang perjalanan waktu sejak 1966 hingga kini, yang dipadukan dengan Buku Pedoman Perjoangan dan Buku Forta karya Mas Isman serta disempurnakan dengan hasil dialog dengan para Senior dan Pendahulu KOSGORO 1957 selaku Pelaku Sejarah.
Sebagai Catatan Pribadi dari seorang Saksi Sejarah, tentulah faktor subjektifitas akan sangat dominan, kendati tersusun secara jujur dan ikhkas, dalam bentuk Tata Urut Peristiwa. Namun yang pasti catatan ini  belumlah sempurna, bahkan mungkin disana-sini ada kekeliruan, sebagai Catatan Sejarah. Untuk itu, kami mohon maaf dan mari kita sempurnakan naskah ini bersama-sama. Agar ia menjadi bahan yang sempurna dan layak untuk menjadi kenang-kenangan bagi Generasi Penerus.
KOSGORO 1957 Merambah Langkah Sejarah ini, pada dasarnya adalah Sejarah KOSGORO 1957 dalam tampilan versi yang mungkin berbeda dengan versi lain dalam misi yang sama. Dinamakan KOSGORO 1957 Merambah Langkah Sejarah, karena kehadirannya di tengah-tengah berbagai gelombang perubahan yang terjadi di negeri ini, KOSGORO 1957 senantiasa mampu mengikuti arus dan turut mengendalikan armada bangsa mengarungi pasangsurutnya gelombang. Karena KOSGORO 1957 merasa dirinya sebagai Anak Zaman yang ikut Membentuk Zaman.

I LATARBELAKANG SEJARAH
Perang Dunia Ii
1.       Perkembangan KOSGORO 1957 tak dapat dipisahkan dari perkembangan bangsa Indonesia. Karena Sejarah KOSGORO 1957, merupakan bagian dari perkembangan Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Dan Sejarah Perjuangan bangsa tak dapat dipisahkan dari Pergolakan dan Perkembangan Dunia Internasional. Sejarah mencatat, beberapa abad sebelum pecah Perang Dunia II, hampir seluruh Asia, Timur Tengah, Afrika dan Pasifik berada dibawah kekuasaan Negara-negara Imprialis Barat, terutama Inggris, Prancis,Belgia dan Belanda.
2.       Secara bertahap berkembang berbagai negara industri maju yang menguasai teknologi, terutama teknologi perang. Perbedaan atas berbagai kepentingan, kompetisi dominasi dan berbagai permasalahan, memacu perseteruan antar bangsa, yang menjurus pada konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, termasuk semua kekuatan-kekuatan besar.
3. Dunia terbagi dalam dua aliansi militer yang berlawanan: Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terbesar sepanjang sejarah dengan melibatkan lebih dari 100 juta personil. Dalam keadaan “perang total,” pihak yang terlibat mengerahkan seluruh bidang ekonomi, industri, dan kemampuan ilmiah untuk melayani usaha perang, menghapus perbedaan antara sipil dan sumber-sumber militer. Lebih dari tujuh puluh juta orang, mayoritas warga sipil, tewas. Hal ini menjadikan Perang Dunia II sebagai konflik paling mematikan dalam sejarah manusia.
4. Umumnya dapat dikatakan bahwa peperangan dimulai saat Jerman menginvasi Polandia pada tanggal 1 September 1939, dan berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 pada saat Jepang menyerah kepada tentara Amerika Serikat. Secara resmi PD II berakhir ketika Jepang menandatangani dokumen Japanese Instrument of Surrender di atas kapal  USS Missouri pada tanggal 2 September 1945, 6 tahun setelah perang dimulai.
5.       Dua negara yang sangat menonjol pernanannya dalam Perang Dunia II, yakni Jerman dibawah pimpinan Diktator Adolf Hitler dan Jepang dibawah pimpinan Kaisar Hirohito mengembangkan diri sebagai negara Industri Maju dengan membangun mesin perang secara besar-besaran. Jerman mengembangkan pemikiran Karl Haushorfer yang pada masa itu mewarnai geopolitik Nazi Jerman di bawah pimpinan Adolf Hittler. Pemikiran Haushorfer di samping berisi paham ekspansionisme juga mengandung ajaran rasialisme, yang menyatakan bahwa ras Jerman adalah ras paling unggul yang harus dapat menguasai dunia.  Pandangan semacam ini juga di dunia berkembang di Jepang berupa ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh semangat militerisme dan fasisme. Semangat inilah yang memacu perang dunia kedua yang menelan banyak korban. Sukses dibidang industri, mengarah pada Industri Perang secara besar-besaran.
6.           Jepang dengan kekuatan Darat, Laut dan Udara bergerak menguasai hampir seluruh wilayah jajahan di Asia dan Pasific, dengan melucuti Tentara Kolonial Barat. Dalam tiap pertempuran, di wilayah Asia Timur, Jepang meraih kemenangan. Sehingga, disebutkan Balatentara Dai Nippon, berjaya dalam Perang Asia Timur Raya. Untuk menunjukkan kekuatannya, Angkatan Udara Jepang membombardir Pearl Harbour di Honolulu Hawai, sebagai Pangkalan Angkatan Laut Terbesar Amerika Serikat di Pasific. Peristiwa itu terjadi, pada subuh 7 Desember 1941. Tercatat, ratusan Kapal Perang, ratusan Pesawat Tempur, ribuan bangunan hancur lebur. Manusia yang jadi korban tercatat 2.405 orang.
Balatentara Dai Nippon di Nusantara

7.       Tahun 1942, Balatentara Dai Nippon, mendarat di pantai-pantai Nusantara, melucuti Tentara Kolonial Belanda, menguasai seluruh Nusantara dan menghembuskan pengertian sebagai Saudara Tua Indonesia.
8.       Perang di Eropa, mendorong pihak Barat untuk membentuk Kekuatan Sekutu, yang di motori oleh Amerika, Inggris, Prancis dan Rusia. Kekuatan Sekutu ini kemudian berhadapan dengan Tentara Jerman dan Tentara Italia, baik di fron Eropa, Timur Tengah maupun Afrika.
9.       Serbuan Tentara Nazi Jerman ke arah timur, mendapat perlawanan Tentara Rusia. Di Eropah Barat, tentara sekutu mempersiapkan Invasi Normandia. Sejak 6 Juni hingga 25 Agustus 1944, Tentara Sekutu bertempur di sepanjang pantai Normandia dan meraih kemenangan dengan memburu dan menghancurkan Tentara Nazi Jerman. Tentara Sekutu dipimpin oleh Jenderal Eisenhower dari Amerika dan Jenderal Montegomery dari Britania Raya.
10.       Keberhasilan Sekutu melumpuhkan kekuatan Poros di Eropa yakni Jerman dan Italia di Eropa, Timur Tengah dan Afrika mendorong Amerika untuk segera mengakhiri Perang di Asia dan Pasific. Untuk itu Amerika menjatuhkan Bom Atom pada tanggal 6 Agustus 1945 di kota Hirosima dan tanggal 8 Agustus 1945 di kota Nagasaki. Jutaan manusia mati bagai debu di kedua kota Jepang itu.

11.     Dengan nada pilu, medio Agustus 1945, Kaisar Hirohito memerintahkan seluruh Balatentara Dai Nippon menyerah kepada Sekutu, diseluruh front pertempuran terutama di Asia Timur dan Asia Tenggara.
12.     Di Indonesia, kekalahan Jepang ditandai dengan berlangsungnya penyerahan kekuasaan kepada Pemerintah Kolonial Belanda bersama Pasukan Sekutu, dimanfaatkan Pemuda-pemuda Indonesia untuk merampas persenjataan Tentara Jepang, yang menyerahkan diri.
13.     Berada dibawah tekanan pengusasa Jepang selama 3,5 tahun terasa sangat menyakitkan. Sehingga, di banyak tempat terjadi pertempuran, kerusuhan dan penjarahan, oleh Orang-orang Indonesia terhadap fasilitas dan logistik Tentara Dai Nippon.
II. INDONESIA MERDEKA
Proklamasi Kemerdekaan

14.     Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, dimanfaatkan oleh Para Penguasa Jepang di Indonesia untuk memproses Kemerdekaan Indonesia, melalui kerjasama dengan para tokoh Pergerakan Indonesia Merdeka.
15.     Kerjasama antara para tokoh Indonesia dengan Penguasa Jepang, meresahkan para pemuda pejuang Indonesia. Sehingga, pada tanggal 16 Agustus 1945 malam hari, Bung Karno dan Bung Hatta di culik para Pemuda Pejuang dan dibawa ke Rengasdengklok untuk membuat Naskah Proklamasi.  Para Pemuda Pejuang ini antara lain : Chairul Saleh, Sukarni, Wikana, Kasman Singodimejo, DN Aidit, dll.
16.     Pada Hari Jumat, 17 Agustus 1945, dalam bulan Romadhon,  di halaman rumah kediaman Bung Karno Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Gedung Pola) Jakarta, Bung Karno didampingi Bung Hatta memproklamirkan Indonesia Merdeka dihadapan ratusan  para tokoh dan para pemuda pejuang kemerdekaan.
17.     Untuk meyakinkan dukungan rakyat, berlangsung Rapat Umum Ikada, pada tanggal 19 September 1945, yang di hadiri oleh ribuan rakyat Jakarta mendengarkan amanat Bung Karno di bawah todongan bayonet Tentara Jepang.
18.        Kumandang Proklamasi Kemerdekaan, menyebar keseluruh tanah air yang disambut dengan gegap-gempita oleh seluruh Rakyat Indonesia, yang ditandai dengan tindakan-tindakan balasdendam para Pemuda Indonesia terhadap Balatentara Dai Nippon.
Tentara Sekutu di Indonesia
19.     Pada sisi yang lain, Sekutu menugaskan kepada Tentara Inggris dibantu oleh Tentara Australia untuk mengambil-alih kekuasaan di Indonesia. Bersama Tentara Inggris juga mengikut-sertakan Tentara Australia, Tentara Gurkha, tentara India dan tentara Pakistan.
20.     Kehadiran Tentara Sekutu sebagai penguasa baru, menjadi masalah besar karena kehadirannya tidak di terima dan dianggap sebagai “Penjajah Baru”. Sehingga dibanyak tempat terjadi pertempuran antara Tentara Sekutu dengan Para Pemuda Indonesia. Kota Surabaya, yang menjadi sasaran penguasaan Tentara Sekutu. Para Pemuda Surabaya, dengan senjata rampasan dari Tentara Jepang dan Senjata apa adanya berperang dengan Tentara Sekutu.
21.     Dikota ini terbentuk satuan-satuan kekuatan antara lain : BKR (Barisan Keamanan Rakyat) pimpinan Kol. Sungkono, Barisan Pemberontak Indonesia pimpinan Bung Tomo, Pasukan Tentara Pelajar TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) JAWA TIMUR pimpinan Mas Isman, Pemuda Pesindo dan lain-lain.
22.     Terjadi Perang Delapan Belas Hari, yang melibatkan seluruh kekuatan di kota Surabaya, dalam salah satu pertempuran Panglima Tentara Sekutu di Surabaya Brigadir Jenderal Malaby terbunuh. Pertempuran yang berakhir tanggal 10 Nopember 1945 kemudian disahkan sebagai Hari Pahlawan.
TRIP Jawa Timur
23. Dalam Perang Kemerdekaan, tahun 1945-1950, berbagai unsur bangsa, turut ambil bagian pada posisi terdepan. Dalam aksi mepertahankan kemerdekaan, berlangsung perang perlawanan terhadap Tentara Kolonial, yang datang dibawah Komando Tentara Sekutu ke Indonesia, menggantikan posisi Balatentara Dai Nippon yang dipaksa menyerah, karena kalah perang. Diantara kekuatan perlawanan terdapat Satuan Tentara Pelajar, khususnya di kota Surabaya.
24.     Dalam perang di kota Surabaya, pada Nopember tahun 1945 itu, adalah  sekelompok pelajar, yang sebahagian besar dari SMT (Sekolah Menengah Tinggi) Surabaya, dibawah pimpinan Mas Isman membentuk satuan pemuda pelajar pejuang dengan nama TRIP (Tentara Republik Indonedia Pelajar) Jawa Timur. Anak-anak TRIP ini mengembangkan motto perjuangan dengan : Belajar – Berjuang – Bergembira.
25.     Isman, yang kemudian di kenal dengan sebutan Mas Isman, bukan asli Jawa Timur. Ayahanda beliau Darmowasito berasal dari Purworejo Jawa Tengah, yang bertugas di Majalengka. Beliau mempersunting putri dari Rajagaluh – Majalengka Kuningan, yang melahirkan beberapa putra dan putri.
26.     Sebagai satuan perang melawan penjajah, TRIP Jawa Timur berperang mati-matian mengusir penjajah yang kembali hendak menguasai Indonsia, yang telah diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta, tanggal 17 Agustus 1945. Banyak anak-anak TRIP yang jadi korban, tewas dalam pertemuran. Peristiwa Perang di Surabaya itu kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan 10 Nopember. Perang 18 hari terus menerus itu menelan korban ratusan ribu orang, baik dari kalangan pejuang, kalangan rakyat jelata yang tak berdosa, maupun dari pihak musuh.

27.      Selesai Perang Surabaya, sebagai salah satu satuan di lingkungan TNI, TRIP Jawa Timur yang kemudian menjadi Detasemen I Brigade 17, di tempatkan di Desa Jetis, di kaki Gunung Slamet, dekat Mojokerto Jawa Timur. Dari sini para Pemuda Pelajar Pejuang ini melanjutkan perjuangan, mengusir Tentara Kolonial yang hendak mencengkramkan kakinya lagi di Bumi Pertiwi. Perang terus berlangsung.

28. Dalam banyak kesempatan, apakah mencegat musuh, menghadang iring-iringan Tentara Sekutu, atau menghindar dari serangan musuh, mereka bekerjasama dan mendapat bantuan dari Rakyat Desa. Dijalan-jalan menuju medan tempur, atau pulang usai pertempuran, Rakyat desa memberikan apa yang mereka miliki. Ada makanan, ada peralatan, bahkan tenaga serta doa sepanjang malam.
29.       Selama bertahun-tahun bersama Rakyat Desa ini, para pemuda pejuang ini sangat terkesan. Mereka bertekad untuk memberikan yang terbaik bagi Rakyat Desa, dimanapun di negeri ini. Disini mereka menemukan Doktrin Perjoangan : Pengabdian – Kerakyatan – Solidaritas.
Perkembangan Kebangsaan 1949-1957
30. Selesai Perang 18 hari di Surabaya, di berbagai tempat berlangsung perang antara Tentara Sekutu dari Para Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Tahun  1947-1948 berlangsung Aksi Keplolisian (Clash I dan Clash II) antara Tentara bersama Pejuang Indonesia melawan Belanda dengan dukungan Tentara Sekutu.
31. Di dunia diplomasi-pun sangat di genjar dilaksanakan upaya-upaya mengakhiri perang dengan Kemerdekaan Indonesia. Dunia Internasional banyak memberikan dukungan moril dan materil untuk Indonesia. Dan atas desakan Internasional, dalam Konperensi Meja Bundar yang berlangsung Desember tahun 1949 di Den Haag, Delegasi Indonesia dipimpin oleh Wakil Presiden Muhammad Hatta, Belanda mengakui Kemerdekaan Indonesia.
32.   Sejak itu Indonesdia menata kenegaraan sebagai bangsa yang merdeka. Tapi ijnipun tidak berjalan mulus. Berbagai pertentangan antar kelompok, antar partai dan golongan berlangsung berkelanjutan. Pada saat itu dunia politik Indonesia manganut Multipartai dengan pemerintahan  Kabinet Parlementer. Kabinat yang melaksanakan pemerinytahan umumnya berjalan tersendat dan hanya mampu bertahan beberapa bulan saja. Pemilihan  Umum I sejak kemerdekaan tahun 1955 ternyata tidak menyelesaikan masalah. Pertentangan dan perpecahan yang digandrungi kemudian menjurus kejurang kehancuran republik.
33.     Pada bagian lain Para Pimpinan Indonesia yang masih berpikir jernih, baik sipil maupun militer, mulai memikirkan adanya kekuatan politik yang hanya berazaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, yang lintas sektoral, bebas dari ideologoi asing, lintas etnik, dana mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Mewujudkan Cita-cita Proklamasi 1945, yakni membangun masyarakat Adil dan Makmur (Dalam catatan sejarah gagasan ini menjadi embrio kelahiran Golkar).
Suasana Kebangsaan Tahun 1957

34.     Tahun 1957 adalah puncak dari ancaman perpecahan bangsa yang paling dahsyat sejak Proklamasi 17 Agustus 1945. Kala itu, republik tercabik-cabik oleh Gerakan Perlawanan Bersenjata, yang terjadi hampir diseluruh Nusantara.
35.     Di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah dan beberapa daerah berkembang Gerombolan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia). Di Maluku Selatan berkembang RMS (Republik Maluku Selatan), di Sumatera (terutama Sumatera Barat) Pemberontahan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) dan Permesta di Sulawesi (terutama di Sulawesi Utara).
36.     Di Parlemen DPR dan Dewan Konstituante (hasil Pemilu 1955), berlangsung perseteruan Partai-partai Politik yang kian menajam. Partai Masyumi (Majelis Suro Muslimin Indonesia) dan PSI (Partai Sosialis Indonesia) terlibat dalam gerakan-gerakan bersenjata di daerah (terutama PRRI/Permesta). Partai Masyumi adalah salah satu diantara 4 (empat) besar pemenang Pemilu 1955 – Pemilu Pertama sejak Kemerdekaan – disamping PNI (Partai Nasional Indonesia), Nahdatul Ulama dan PKI (Partai Komunis Indonesia)

Suasana Kebatinan Para Pejuang

37.     Tercabik-cabiknya republik sangat merisaukan para pejuang kemerdekaan, terutama di kalangan Pemuda Pelajar Pejuang Kemerdekaan, yang telah mengorbankan segala-galanya bagi persatuan, kesatuan dan kemerdekaan. TNI Angkatan Darat, dalam rangka mermbina hubungan dengan masyarakat, membangun jaringan kekerabatan dengan membentuk BKS-BKS (Badan Kerja Sama) dengan berbagai fungsi dan profesi dalam masyarakat. Seperti, BKS Pemuda – Militer, BKS Ulama – Militer, BKS Burug – Militer, dan lain lain. BKS ini berkembang pesat terutama di daerah-daerah bergolak.
38.     TRIP Jawa Timur sebagai salah satu kelompok Pemuda Pelajar Pejuang Kemerdekaan, tak hendak berdiam diri, membiarkan Negara Kesatuan yang dibentuk dengan segala bentuk pengorbanan harus hancur berkeping-keping. Itu sebabnya, tatkala usai mengikuti Peringatan Hari Pahlawan ke. 12, di Istana Merdeka, sebanyak 33 (tigapuluhtiga)  anggota TRIP yang hadir  berdiskusi di rumah Mas Isman di Jalan Sabang Jakarta, untuk mencari jalan terbaik untuk melakukan yang terbaik bagi bangsa, utamanya rakyat pedesaan yang telah memberikan dukungan kepada perjuangan mereka, merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
39.     Berkembang gagasan untuk mempersatukan para pejuang kemerdekaan dan melalukan sesuatu yang terbaik bagi bangsa, tanpa menyentuh ramah politik yang saat itu menjadi sumber perpecahan bangsa. Untuk itu mereka memilih Koperasi sebagai wadah pengabdian dan perjuangan yang baru, di alam kemerdekaan.
III.   KOSGORO TERBENTUK
Prakarsa 33 Pejoang
40.     Pada tahun 1957 itu, sebahagian besar, terutama para Pimpinan TRIP Jawa Timur, telah berada di Jakarta dan menempati posisi-posisi yang baik, baik di lingkungan Pemerintahan, di lingkungan Angkatan Bersenjata Bersenjata (Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian), dilingkungan Diplomatik, maupun di lingkungan Dunia Usaha.
41.     Tanggal 10 Nopember 1957 itu, berlangsung Peringatan 12 Tahun Hari Pahlawan di Istana Merdeka. Sekembali mereka dari peringatan itu para Anggota TRIP Jawa Timur yang sudah berada di berbagai posisi, berkumpul di rumah kediaman Mas Isman di Jalan Sabang Jakarta, untuk membahas perkembangan kebangsaan dan kenegaraan. Diskusi singkat itu menghasilkan kesepakatan, mendirikan koperasi dengan keanggotaan para anggota TRIP Jawa Timur yang ada.
42.     Dengan begitu, KOSGORO didirikan pada tanggal 10 Nopember 1957, di Jakarta oleh 33 (tigapuluhtiga) Pejuang Kemerdekaan yang tergabung dalam TRIP JAWA TIMUR Pimpinan Mas Isman, yang pada awalnya sebagai Koperasi Simpanpinjam Gotong Royong, yang kemudian berubah menjadi Koperasi Serbausaha Gotong Royong.

43. Menurut catatan sejarah, ke 33 (tigapuluhtiga) Pejuang Anggota TRIP Jawa Timur yang turut menandatangani Pembentukan KOSGORO itu terdiri dari : Ir. A. O. Wijarso, Abdullah Kusrin, Arie Arismunandar, Drs. Bambang Sentanu, Dicky Mudhanu, Drs. Gempa Suyono, Hasan Hafid Saleh, Drs. Hutomo Said Hidayat, Drs. Imam Sukardjo, Yubiadi Partodirdjo, S. Kasnowidjojo, Mas Isman, Putranto, Prio Sanyoto, Rudy Lamingat, Bendol Edardono, Susilo, Sukarman, Subiyakto, SH, MW. Soedarto (Darto Perang), Sukamto Sayidiman, Bebek Sudianto, Dr. Sardjito, Sutopo Sri Sadono, Tamun Widjajadi, Warsono, Suwarso (Waritjo), Kustur PSY, Dr. Warno Supono, Drs. Sudjoko, Drs. Pongky Supangkat. Sulman Sandjojo dan Sujono DK (Djoko Dingklik).
Dalam kesempatan itu juga hadir Anggoro Widjojo (Om Ang) seorang pengusaha pejuang dari Malang, teman karib Mas Isman dan AKBP Ariesmunandar yang bertindak sebagai Notulis Pertemuan.
Makna Kelahiran
44.             Pendirian KOSGORO pada dasarnya merupakan upaya politik Para Pejuang Kemerdekaan untuk menguji krenteg (tekad) para pejoang kemerdekaan dalam dua bidang pengabdian, yakni
(1).    Pengabdian untuk memerdekakan bangsa dari segala bentukpenjajahan.
(2).    Pengabdian untuk merngangkat derajat bangsa yang selama350 tahun merana sebagai bangsa terjajah.
Dengan demikian, makna kelahiran KOSGORO adalah :
(a). Untuk MENGUJI TEKAD (krenteg) pemuda-pemuda pejoang 1945 guna dalam kondisi-kondisi baru yang lebih rumit tetap mengemban cita-cita dan nilai-nilai 1945 yang per nah mempersatukan serta menggelorakan bangsa. Dengan demikian maka dikandung harapan agar para pemuda pejo­ang disatu fihak sanggup memberi makna dan isi pada ke-merdekaan, dan dilain fihak mampu menjunjung kesinambungan perjoangan bangsa serta kehidupan bangsa.
(b). Untuk mengajak pemuda-pemuda pejoang 1945 agar terus mengembangkan JIWA PERINTIS DAN DAYA-JUANGNYA dalam me-dan pengabdian baru, oleh karena rakyat dalam banyak segi kehidupan masih memerlukan perintisan guna meningkatkan harkat dan martabatnya serta mengangkat tingkat kehidupannya. Secara pokoknya ini berarti mengembangkan jiwa perintis dan daya juang guna mewujudkan Amanat Penderitaan Rakyat.
c. Untuk menghimbau para pemuda pejoang 1945 supaya tetap memelihara tradisinya yang paling berharga, yaitu semangat dan kemampuan untuk BERDIRI DIATAS KAKI SENDIRI.Disinilah letak makna pokok dari kelahiran KOSGORO beserta perkembangannya kemudian. Dan disini pulalah letak landasan keabsahan bagi kehadiran KOSGORO dalam arena kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesemuanya ini dituangkan secara azasi dalam doktrin yang bernama TRIDHARMA KOSGORO yang akan dibentangkan nanti, yang pada hakekatnya merupakan doktrin pengabdian.
Sikap Dasar Kebangsan
45.  Bertolak dari hasrat pengabdian kepada segenap bangsa serta Rakyat Indonesia dalam keseluruhannya dan sadar akan pentingnya kesinambungan tradisi perjoangan bangsa serta persatuan bangsa, maka KOSGORO tidak menkhaskan diri dengan menampilkan ideologi tertentu, namun tetap menjunjung tinggi ideologi Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
46.     Sikap dan ketetapan hati pada Pendiri KOSGORO untuk tidak mengenal atau mempergunakan ideology lain selain ideology Pancasila, menunjukkan sikap kebangsaan utuh yang teguh dari para mantan pejuang ini, terhadap bangsa, Negara dan tanah air. Pancasila yang digali dari kepribadian bangsa, yang lahir mengawali lahirnya republic, mencerminkan watak dan kepribadian bangsa Indonesia.Sehingga tak ada pilihan lain, selain Pancasila menjadi dasar dan keabsahan hidup KOSGORO. Sikap kebangsaan ini yang cinta tanah menjadi watak KOSGORO
47.       Undang Undang Dasar 1945 yang merupakan landasan structural kehidupan kenegaraan yang tak terpisahkan dari Pancasila, merupakan juga landasan structural kehidupan KOSGORO, sebagai organisasi pejuang dan organisasi perjuangan, yang lahir dimasa perjuangan bangsa itu. Dengan dasar itu, maka KOSGORO menjadi organisasi massa yang tak akan pernah terpengaruh oleh tindakan-tindakan yang mengesampingkan persatuan dan kesatuan bangsa, dengan rasa kebangsaan yang kental. Dalam kegiatannya, Koperasi KOSGORO memilih kegiatan-kegiatan kecil yang bermanfaat langsung bagi kepentingan anggota dan rakyat pedesaan.

Pertumbuhan

48.     KOSGORO, bertekad untuk memanifestasikan jiwa perintisnya dalam karya-karya kecil yang nyata dan yang majifaatnya langsung terasa oleh rakyat. Maknanya ialah untuk mentransformasikan heroisme perjoangan para pemuda menjadi PENGABDIAN NYATA yang sunyi pamrih pribadi dalam mengangkat tingkat hidup rakyat, tanpa membatalkan hakekat dari heroisme perjoangan itu.
49.     Melihat situasi dan kondisi masyarakat saat itu maka diputuskan untuk:a). Memilih koperasi sebagai wahana perjoangan dan pengabdi­an. Ini selain karena liwat koperasi bisa dihasilkan karya-karya yang nyata, juga karena koperasi bisa meru­pakan wahana pemersatu dengan mengembangkan khasanah warisan budaya bangsa, yakni azas dan metode gotong royong.
a).  Koperasi hanya berbicara dan berbuat untuk kesejahteraan
b).  Koperasi juga tidak mengenal ideologi lain selain Panacasila dan tidak mengenal landasan lain selain Undang Undang Dasar 1945.
c.  Koperasi tidak berpolitik dan terpengaruh partai politik. sehingga KOSGORO  menjadi naungan para pejuang kemerdekaan yang tidak krasan di partai-partai politik dan tidak suka melihat pertikaian dan perseteruan antar partai politik.
Karya-karya kecil yang langsung bermanfaat
50. Berkat dedikasi anggotanya yang mampu mengembangkan jiwa perintis dalain menangani seribu satu masalah kecil, maka KOSGORO dalam waktu yang relatif singkat berhasil meraih simpati masyarakat luas, khususnya rakyat kecil, sehingga menjadi tersebar disegenap penjuru tanah air. Ini karena KOSGORO memusatkan diri pada karya-karya nyata yang kecil namun langsung bermanfaat bagi rakyat.
51. Perkembangan tersebut di mungkinkan karena KOSGORO semenjak mengayunkan langkah pertamanya selalu diresapi oleh Sambung Jiwa, Sambung Rasa dan Sambung Nalar dengan Rakyat. Ini tercermin dari semboyan yang di junjung tinggi oleh para anggota dalam mengembangkan kegiatannya dengan semboyan : KEMBALI KE DESA. Yang makna pokoknya ilah agar berorientasi pada Rakyat Kecil.
52. Dalam pengembangannya, KOSGORO selama periode 1957-1970, berhasil mencapai berbagai prestasi, antara lain dibidang Industri RumahTangga (Home Industry), Produksi Kebutuhan Masyarakat seperti : Rokok, Tahu, Tempe, Kecap dll., Industri Besar & Perkebunan Besar, Simpan Pinjam, Permodalan dan Perbankan dan bidang-bidang lainnya.
53. Organisasi Koperasi KOSGORO telah terbentuk dan teeorganisir secara baik. Primer koperasi terbentuk dalam jumlah ratusan, Pusat Koperasi terbentuk di beberapa provinsi dan Induk Koperasi terbentuk di Jakarta. Dalam sejarah perkoperasian nasional, Koperasi KOSGORO merupakan salah satu koperasi masyarakat yang sangat menonjol.
54. Namun kemudian lahir Undang Undang Perkoperasian (tahun 1968), yang tidak membenarkan koperesi mempernakan nama organisasi massa (Ormas atau Partai Politik). Dengan peraturan itu, koperasi-koperasi KOSGORO merubah namanya dengan nama lain dan dengan demikian Induk Koperasi KOSGORO membubarkan diri. Unit-unit Simpan Pinjam Koperasi KOGORO di JawaTengah dan Jawa Timur, merubah dirinya menjadi Bank Perkreditan Rakyat dalan bentuk PT (Perseroan Terbatas) dengan mempergunakan nama-nama gunung berapi, seperti BPR Gunung Semeru, BPR Gunung Merapi dan lain lain yang hingga kini masih eksis.Membuka Diri
55. Setelah KOSGORO membuktikan diri memiliki hak hidup dalam waktu yang singkat itu, maka KOSGORO mulai tahun 1962, membuka dirinya bagi semua putera Indonesia, tanpa memandang status sosial, keturunan, jenis kelamin, usia dan agamanya.
56. Hampir seluruh satuan Tentara Pelajar (TP) dari Seluruh Wilayah Tanah Air bergabung dalam KOSGORO, seperti Tentara Pelajar Sumatera Utara, Tentara Pelajar Solo, Tentara Pelajar Yogya, Tentara Pelajar Siliwangi, Tentara Pelajar Banyumas, dan lain-lain. Lebih daripada itu, potensi di luar Ex Tentara Pelajar juga bergabung dalam KOSGORO.
57.     Pada saat itu muncul nama-nama tokoh Tentara Pelajar seperti Yasin Limpo dari Sulawesi Selatan, Martono dan Wahyu Widodo dari Jawa Tengah, Osman Simanjuntak dari Sumatera Utara, HM. Aseni dan H. Achmadi dari DKI Jakarta/Siliwangi, Yahya Bachram dari Lampung dan lain lain. Dengan demikian, maka KOSGORO terbentuk dan tersebar hampir diseluruh Indonesia.
Terancam Pembubaran

58. Kepesatan perkembangan KOSGORO sebagai Gerakan Koperasi yang sangat menonjol bahkan turut ambil bagian dalam masalah-masalah politik nasional, yang mendorong Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pada saat itu menguasai per-politik-an nasional, melancarkan intik dan isu, yang dikembangkan melalui Istana Kepresidenan. Dikembangkan, bahwa KOSGORO adalah Agen CIA. Itu sebabnya, MW. Soedarto yang aat itu berpangkat Kolonel dan menjadi Ajudan Presiden Soekarno, dipanggil dan diinterogasi tentang kebenaran isu itu. Tapi dengan tegas Soedarto membantah dan berbalik menuntut bukti-bukti keterlibatan KOSGORO dengan CIA, yang tak mampu dibuktikan. Sejak itu, KOSGORO dapat berkembang dengan hak hidup yang tidak terganggu oleh intrik politik.
Organisasi Mjemuk
59. Kehadiran berbagai unsure Tentara Pelajar dan Kalangan Lain, telah membuat Rumah KOSGORO menjadi sangat besar. Hal itu mendorong organisasi ini untuk memilah keunsuran itu, sesuai fungsi, profesi dan kemampuan khusus dalam bentuk Gerakan, Badan dan Lembaga. Sehingga, KOSGORO menjadi Organisasi yang Majemuk.
60.  Oleh karenanya, di Sekber Golkar KOSGORO mrupakan salah satu Kino (Kelompok Induk Organisasi, yakni kumpulan dari berbagai organisasi fungsional dan profesi seperti : Sarjana, Mahasiswa, Pemud, Wanita, Pelajar, Pelaut, Pekerja/Buruh, Tani, Nelayan dan lain lain.
Sekber Golkar
61. Bersama KINO-KINO yang lain, pada tanggal 20 Oktober 1964, KOSGORO turut serta menandatangani pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar). Selain KOSGORO juga ikut menandatangani pembentukan Sekber Gllkar, antara lain : SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Seluruh Indonesia), MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong), GAKARI (Gabungan Kekaryaan Republik Indonesia), Karya Pembangunan, Ormas Profesi dan Ormas Hankam.
62. Sekber Golkar berkembang dengan pesat, karena keengganan masyarakat untuk bergabung dengan partai-partai politik yang pada saat itu kian kurang populer. Pada saat itu, partai-partai politik menjadi penggerak perpecahan bangsa dengan mengedankan kepentingan partai, kelompok dan golongan. Hal itu sangat tak disukai para pejuang kemerdekaan.
Gerakan Massa

63. Kudeta Berdarah, 30 September 1965 oleh  G.30.S/PKI, membuat kekuatan nasional bersatu dan turut ambil bagian dalam penumpasan sisa-sisa kekuatan Komunis di seluruh tanah air. Sehingga, mau tak mau terjadi perubahan politik nasional.
64. Perubahan politik tahun 1965/1966 itu, menempatkan Sekber Golkar (yang dianggap dekat dengan Angkatan Darat) sebagai salah satu kekuatan nasioal yang diharapkan dapat mengambil peranan dalam politik nasional. Hal itu pula yang mendorong para pimpinan KOSGORO untuk menentukan sikap yang lebih tegas, untuk memperkuat Kekuatan Nasional lain dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
65. Dalam perubahan politik tahun 1965/1966 itu, Kino-kino anggota Sekber Golkar juga mengalami pasang surut. Yang kemudian berkembang dengan caranya sendiri-sendiri. Dari ketujuh Kino yang ada, hanya KOSGORO, SOKSI dan MKGR yang terus mengembangkan dirinya sesuai dengan gagasan awal kelahirannya dan tetap berada dibawah koordinasi Sekber Golkar.
66. KOSGORO mengembangkan dirinya dalam bidang social ekonomi, khususnya koperasi dan perekonomian rakyat, SOKSI menmgembangkan dirinya dengan melanjutkan pembinaan gerakan pekerja (buruh) dan karyawan, sedangkan MKGR melanjutkan kegiatannaya bidang Dakwah Islam. Kendatipun begitu, sesuai iklim politik dan tuntutan perjuangan bangsa, ketiga KINO ini kemudian berkembang dalam berbagai bentuk kegiatan, sebagaimana partai-partai politik yang ada saat itu.
67. Sadar akan tuntutan perjuangan bangsa kedepan, KOSGORO kemuidian men-deklarasi-kan dirinya sebagai Organisasi Kemasyarakatan terhitung sejak 11 Maret 1966, melalui Musyawarah Besar I KOSGORO tahun 1966 di Semarang.
68. Sejak itu, KOSGORO tidak hanya sebagai gerakan koperasi saja, tapi juga sebagai Gerakan Massa sehingga ia menjadi organisasi kemasyarakatan (Ormas). Dengan demikian, maka KOSGORO bagaikan uang dengan dua sisi, yakni sebagai Gerakan Massa dan sebagai Gerakan Koperasi, dengan dua pengertian yakni : KOSGORO sebagai Koperasi Serbausaha Gotong Royong dan KOSGORO sebagai Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong.
69. Tahun 1967, Mas Isman mengakhiri masa tugasnya sebagai Duta Besar RI di Cairo Mesir dan mendapat tugas baru di Markas Besar Angkatan Darat di Jakarta. Dengan tugasnya di dalam negeri, maka perhatian bagi pengembangan KOSGORO dapat beliau laksanakan secara penuh. Mencermati perkembanagan KOSGORO terkait perkembangan bangsa secara keseluruhan, Mas Isman menerbitkan Perdoman Perjoangan KOSGORO pada tahun 1968. Dengan pedoman itu, baik barisan kader maupun organisasi KOSGORO memiliki pemandu dalam turut ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
70. Beberapa proyek kegiatan KOSGORO oleh Mas Isman secara bertahap di benahi. Antara lain, suratkabar Harian Gotong Royong yang dipimpin oleh Budayawan Iwan Simatupang, sejak 1968 diganti namanya menjadi Warta Harian dan Warta Minggu. Manajemen suratkabar ini kemudian diperkuat oleh Suratman (Almarhum, adik Mas Isman) dan beberapa tokoh lain. Dalam pembekalan bagi wartawan muda, telah diadakan “semacam perkaderan” tentang Pers dan ke-KOSGORO-an. Beberapa orang wartawan muda yang memperkuat media cetak ini antara lain : H. Azkarmin Zaini (sekarang Pemimpin Redaksi An TV), Panda Nababan (mantan anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI), Wahyudi Mochtar, Sumartono, Rahadi Sutoyo, Yuyu Mandagi, Asbari Nurpatria Krisna, dll. Khusus ujntuk Warta Minggu, yang dipimpin Budayawan Betawi Firman Muntaco, dan  Djonharro (Kak Djon) sebagai Redaktur Muda-nya, yang membina Lembaran dan Klub Remaja Sanggar Beringin, yang juga berkembang secara Nasional dan menjadi salah satu sumber kader KOSGORO.
71.     Tanpa disadari, Sangar Beringin  yang berawal dari Lembaran Remaja di suratkabar Warta Minggu berkembang menjadi organisasi remaja yang tersebar secara Nasional. Beberapa kota di Jawa dan Sumatera, organisasi terbentuk dan berkembang dengan baik. Sanggar Beringin sebagai wadah : Persinggahan dan Persemayan  Remaja Tunas Bangsa. Di Redaksi Remaja Warta Minggu, tercatat penyair muda yang sekarang mencuat di blantika nasional dan pernah menyumbangkan karya nya antara Noorca Marendra, Yudistira Ardinugraha, Hendrawan  Nadesul, Saliban Sastra, Priyono Tjiptoherijanto (Prof. DR), Udhin dan puluhan penulis muda lainnya.
Untuk membuktikan keberadaan Sanggar Beringin secara Nasional, pada bulan Juni 1968 berlangsung Ramanas (Ramah Tamah nasional) Sanggar Beringin yang di hadiri oleh utusan dari beberapa daerah seperti dari Surabaya, Malang, Ungaran, Yogyakarta, Bandung, Bogor. Tanjungkarang, Medan, Pekanbaru, dan lain lain.
72.     Sisi lain dari perkembangan kesempurnaan KOSGORO yang tidak saja sebagai Gerakan Koperasi, tapi juga sebagai Gerakan Massa, menunjukkan kekokohan bangunan organisasi dengan kehadiran tokoh-tokoh nasional yang memperkuat organisasi ini. Tercatat tokoh nasional dan Guru Besar UI, Prof. Dr. Isdmail Sunny, SH, MCL,  mantan diplomat Soedjoko Hudionoto, Bus Effendi, Djoko Suyono dan lain. Juga dalam periode itu mulai bergabung Drs. J. Imam Soedarwo, Buyung Tamin, DM. Sihite, Rudy Hutabarat  – dari kalangan Pergerakan Perburuhan. Dan tokoh-tokoh muda seperti Hikmatullah, H. Effendi Jusuf SH, Marzuki Achmad SH., Thomas Manurung, Yahman Saidah, Chandra Maruli Situmorang dan beberapa tokoh muda lainnya.
73.  Dalam kedudukannya sebagai Kino, maka KOSGORO bersama oragnisasi fungsional lannya merupakan Cikal Bakal Golkar. Dalam statusnya ini KOSGORO berkembang menjadi Induk dari gerakan massa yang membawahi 10 organisasi profesi dan fungsional dan 7 lembaga. KOSGORO bergiat dibidang sosial politik tanpa mengabaikan kegiatan di bidang sosial ekonomi dan sosial budaya. sehingga cdepat berakar di berbagai  sektor kehidupan masyarakat.
74.     Golongan Karya KOSGORO terpilah dalam bentuk Gerakan dan Lembaga yang terdiri dari :
10 (sepuluh) Organisasi Fungsional (Gerakan)  terdiri dari :  Warga Tani KOSGORO – Perkabi (Persatuan Karyawan dan Buruh Indonesia) – Nelayan KOSGORO -         Pemuda KOSGORO – Ikatan Sarjana KOSGORO – Gerakan Mahasiswa KOSGORO – Gerakan Siswa) KOSGORO – Wanita KOSGORO – Persatuan Bahariawan KOSGORO – Ikatan Perwira Pelayaran Nasional Inbdonsi

7 (tujuh) Lembaga itu terdiri dari : Lembaga Pendidikan Agama dan Spiritual -Lembaga Pembinaan Massa – Lembaga Pembangunan – Lembaga Pendidikan dan Ilmu Penetahuan – Lembaga Sosial dan Kesehatan – Lembaga Kesenian dan Kebudayaan – Lembaga Penerbitan dan Pers.
75. Dalam tahun 1968 itu, juga untuk pertama kalinya di buka Jakarta Fair. Dan KOSGORO membangun sebuah klub malam dengan nama: La Cassa Kosindo (LCC). Perkembangan nightclub ini sangat pesat dan memiliki nama yang cukup dikenal oleh masyaraat Jakarta, saat itu. Pada saat yang juga bersamaan, tengah diproses pembangunan Wisma Kosgoro yang terletak di Jalan MH. Thamrin.
Pemilu 1971

76. Perkembangan KOSGORO sejak tahun 1966 hingga 1971, menunjukkan kepesatan yang luar biasa, tokoh-tokoh dan kader-kader partai politik dan para tokoh Angkatan 66 berbondong-bondong masuk KOSGORO. Iklim politik nasional saat itu, berkembang keengganan orang untuk ikut Partai Politik, akibat dari Kudeta Berdarah G.30.S/PKI tahun 1965. Mencermati potensi organisasi yang demikian besar, pimpinan KOSGORO saat itu (Mas Isman, Mas Martono, MW.Soedarto, Drs. J. Imam Soedarwo, Drs. Wahyu Widodo, Drs. Arismunandar, dll) mempersiapkan organisasi ini untuk ikut sebagai salah satu kontestan dalam Pemilu 1971.
77. Tetapi, sesuai dengan permintaan Pimpinan Angkatan Darat saat itu, agar Sekber Golkar tampil dengan satu bendera, maka rencana itu dibatalkan. (Kesepakatan itu terjadi dalam rapat tertutup tanggal 31 Desember 1969 malam hari di Markas Besar Angkatan Darat – Merdeka Utara Jakarta, KOSGORO diwakil oleh Mas Martono, sebagai satu-satunya Sipil yang hadir bersama para Jenderal dalam rapat itu. Seperti yang diceritakan Mas Martono, para peserta rapat menudingnya sebagai Pemberontak. Namun, dengan tandas ia menjawab : Di dunia manapun, hanya Tentara yang bisa dan biasa berontak, dan saya satu-satunya sipil disini.  Selanjutnya, dalam Pemilu 1971, semua potensi KOSGORO dikerahkan untuk memperkuat Sekber Golkar guna mencapai kemenangan dalam pemilu pertama dimasa Orde Baru itu.
78. Sesuai dengan perhitungan banyak pihak, Sekber Golkar sebagai salah satu Kontestan Pemilu 1971, memperoleh kemenangan sebesar 70 % meninggalkan partai-partai lain. Kemenangan Sekber Golkar dalam Pemilu 1971, mendorong perkembangan politik Orde Baru untuk melancarkan Pembangunan dan Perubahan disegala bidang.
Integrasi Total ke Golkar

79. Dalam Munas I Sekber Golkar tahun 1972 di Surabaya, disepakati dan ditetapkan nama organisasi politik ini : Golkar (bukan lagi Sekber Golkar) dan seluruh ormas Sekber Golkar berintegrasi dalam Golkar, dengan penempatan kader-kadernya dalam kepengurusan Golkar di semua tingkatan. Sejak itu keanggotaan Golkar adalah : Perorangan dan Ormas (termasuk KOSGORO), Dengan kesepakatan itu, ormas-ormas anggota Sekber Golkar, termasuk KOSGORO harus menghentikan kegiatannya dengan mengintegrasikan kegiatan-kegiatannya dalam Golkar.
80. Menghadapi kenyataan itu, Mas Isman kemudian, mengambil langkah strategis dengan mengembangkan wadah social ekonomi dan social buadaya yang sebelumnya telah dirancang, untuk dunia usaha dengan nama : BAMUHAS (Badan Musyawarah Usahawan Nasional), untuk seni budaya dengan nama LKK (Lembaga Kesenian dan Kebudayaan) dan Leppindo (Lembaga Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Indonesia). Ketiga lembaga ini di pimpin langsung oleh Mas Isman sebagai Ketua Umum dengan Ketua Mas Martono. Kemudian di tunjuk 3(tiga) orang dengan jabatan Sekretaris. Masing-masing Kol. Sanyoto sebagai Sekretaris Bamuhas, Djonharro sebagai Sektretaris LKK dan Drs. Soeharto Padmodarmoyo sebagai Sekretaris Leppindo.
Gelombang Integrasi
81.  Dari 10 Partai Politik dan Organisasi Poltik kontestan Pemilu 71, oleh Undang Undang hanya menjadi 3 (tiga) kekuatan politilk yakni : Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai partai integrasi partai-partai Islam, Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) sebagai integrasi partai-partai nasionalis dan partai keagamaan non Islam.
82.  Potensi Masyarajat Terorganisasi-pun mengikuti proses integrasi. Semua Organisasi Buruh diintegrasikan dalam SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Infdonesia), Organisasi Tani diintegrasikan dalam HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), Organisasi Nelayan diintegrasikan dalam HNSI (Himpunan Nelayan Selurtuh Indonesia.
83. Ketiga wadah : Bamuhas, LKK dan Leppindo di sahkan dalam Mubes II KOSGORO tahun 1973 di Sarangan Madiun JawaTimur. Khusus dalam LKK, ikut bergabung antara lain actor Kusno Sudjarwadi dan Drs. Soekarno (pencipta lambang KOSGORO, yang saat itu juga menjabat sebagai Direktur pada Direktorat Perindustrian Kerajinan Rakyat – Perinkra, Departemen Perindustrian RI).
84.. Terhitung sejak itu kagiatan KOSGORO relative hilang dan kegiatan di laksanakan oleh ketiga wadah baru itu. Mas Isman mengkonsentrasikan kegiatan dalam bidang ekonomi, dengan pendirian Nightclub Elcci di Jakarta dan pembangunan Gedung Wisma Kosgoro di Jalan MH. Thamrin Jakarta, Proyek Perkebunan Jagung (kerjasama dengan Mitsui Jepang) di Labuhan Maringgai Lampung dan Hotel Elmi di Surabaya. Usaha-usaha yang dikembangkan, tergabung dalam KOSGORO Business Group. Sementara itu, para tokoh dan kader-kader pilihan KOSGORO lainnya, mengembangkan karir politik melalui Golkar. Sedangkan dalam bidang pendidikan, antara lain pengembangan beasiswa Mitsui-Kosgoro, yang sempat memberikan dukungan bagi para mahasiswa terbaik diberbagai universitas negeri dan swasta.
85. Sejarah mencatat, selama berintegrasi total ke dalam Golkar, beberapa kader KOSGORO berhasil mencapai tingkat karir yang tergolong signifikan, namun sebahagian besar (terutama di daerah-daerah), pada umumnya kader-kader terbaik KOSGORO tersingkir. Sementara itu, untuk memelihara suasana KOSGORO, di beberapa daerah, diupayakan pengembangan Bamuhas walaupun hanya dibeberapa daerah tertentu yang berhasil dengan baik.
Angin Segar  1978

86. Pemilu 1977, Golkar mengalami kekalahan di Jakarta. Hal itu menimbulkan keresahan kader-kader KOSGORO yang ada di Jakarta. Sehingga timbul gagasan untuk menghimpun kembali potensi kader-kader muda KOSGORO untuk memberikan dukungan bagi keberadaan Golkar Jakarta.
87. Pada tanggal 9 Mei 1978 pagi hari, saya sebagai Sekretaris KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesdia) DKI Jakarta masih berkantor di Perkantoran Pemda DKI Jakarta Jalan Suryopranoto Jakarta Pusat. Tiba-tiba datang Mas Ismuyanto, Alex Panda Pasaribu, Johnny Baginda dan Albert Suryadi Hutabarat. Mereka mendengar penolakan KOSGORO DKI Jakart atas konsep Generasi Muda KOSGORO yang saya tawarkan. Mereka ”menculik” saya keluar kantor. Hasyani Shanora dan Albert Lesbata, dua anak mda yang merupakan staf saya yang setia, hanya senyum-senyum saja. Dan,  bertempat di Jalan Jaksa 15 Jakarta Pusat, tercetus Deklarasi Generasi Muda KOSGORO oleh 7 (tujuh) pemrakarsa, yang terdiri dari T. Ismuyanto SK, Djonharro, Johnny Baginda, Alex Panda Pasaribu, Benny BA Semen, Albert Suryadi Hutabarat dan Syahrul Raja Gandam.
88. Selesai penandatanganan deklarasi, saya dan Benny BA Semen ditugaskan melaporkan kepada Mas Isman di Lantai 17 Wisma KOSGORO. Mengejutkan, karena Mas Isman sangat mendukung. Mas Isman ada di ruang tamu kamar kerjanya. Karena ruang kerjanya dipinjam Mas Martono berbicara busnis dengan teman bisnisnya. Ketika itu juga Mas Isman memanggil SR. Gandan dan Bapak S. Kasnowijoyo untuk pembuatan Surat Keputusan PPK KOSGORO tentang Generasi Muda KOSGORO. Dan pada sore hari itu juga menerbitkan  dan mengirim telex ke seluruh Indonesia tentang Rekonsolidasi KOSGORO.
89.  Tindaklanjut dari deklarasi, maka dibentuk untuk pertama kalinya kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Pengusaha KOSGORO dengan Ketua Umum : T. Ismuyanto SK dan Sekjen : Djonharro. Dalam kepengurusan ini, beberapa tokoh muda turut bergabung antara lain : Effendi Jusuf SH, Thomas Manurung, Ir. Joseph Manurung, Marzuki Achmad SH, R. Lukman MS, Dr. Merphin Panjaitan, Tugiman Supangkat dan lain lain.
90. Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Generasi Muda KOSGORO di lantik Mas Isman pada Minggu 13 Mei 1978 di kediaman beliau Jl. TeukuCikditiro 34 Jakarta Pusat. Hadir untuk pertama kalinya Ir. Sarwono Kusumaatmadja yang kala itu adalah Sekretaris Fraksi Karya Pembangunan DPR RI yang terkenal vokal. Mas Sarwono diajak hadir oleh Soeharto Koesoemohartono yang merupakan tokoh KOSGORO yang sangat disegani, baik di DPP Golkar maupunn di DP$R RI saat itu.
91. Deklarasi Generasi Muda KOSGORO – 9 Mei 1978, bagaikan ledakan petir di terik matahari di siang bolong. Serta merta turut lahir Wirakarya Indonesia oleh Kader-kader Muda SOKSI yang kemudian disusul lahirnya Generasi Muda (Gema) MKGR.
92. Pihak Golkar pun, agaknya merubah strategi dengan melahirlan Angkatan-angkatan muda daerah, seperti Angkatan Muda Jayakarta, Angkatan Muda Brawijaya, Angkatan Muda Hasanuddin, Angkatan Muda Bukit Barisan, Angkatan Muda Siliwangi,  dan lain lain yang pada gilirannya, pada bulan Juni 1978 melahirkan AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia).
93. Generasi Muda KOSGORO melancarkan Aksi Koreksi kedalam (Golkar) secara gencar yang mengundang perhatian Kelompok Cipayung, Posko 66 dan Kelompok-kelompok lain. Dan, pada gilirannya sempat membangun kebersamaan dan kesetaraan antara Generasi Muda KOSGORO yang baru berdiri dengan Organisasi Mahasiswa dan Pemuda seperti HMI, PMKRI, GMKI, GAMKI, Pemuda Ansor dll. Dalam proses itu, Bambang Soeharto yang pada tahun 70-an diajak Djonharro bergabung di Sanggar Beringin, merupakan salah satu tokoh dari Posko 66, kemudian kembali bergabung dalam Generasi Muda KOSGORO.
94. Salah satu aksi yang yang cukup berkesan yang dilakukan Generasi Muda KOSGORO adalah partisipasinya pada HUT ke 5 KNPI dengan turut ambil bagian dalam Gerak Jalan 1000 Kilometer (Jakarta – Surabaya) Juli 1978. Generasi Muda KOSGORO mengerahkan 5.000 orag peserta. Kepesertaan  Generasi Muda KOSGORO bergabung dengan rombongan gerak jalan KNPI yang masuk Jakarta dari Bekasi, di perbatasan Cakung. Lambang KOSGORO nampak dimana-mana, nyaris ada di punggung setiap orang. Peranserta ini di mungkinkan karena saya (Djonharro) saat itu adalah Sekretaris DPD KNPI DKI jakarta bersama Hasani Shanora  Staf Sekretariat KNPI DKI Jakarta.
95. Bergabungnya Pemuda-pemuda Jakarta ikut serta dalam kelompok peserta gerak jalan Generasi Muda KOSGORO saat itu, antara lain adalah berkat kerjakeras Achmad Rachman – seorang tokoh Pemuda dari Kampung Bali Jakarta Pusat yang menggetok-tularkan program gerak jalan itu keberbagai kelompok pemuda.
96. Perkembangan kemudian Achmad Rachman bersama Zahir Hadisasmita yang keduanya adalah Alumnus Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Karanganyar, mengajak serta rekan-rekan se Alumnus bergabung dalam KOSGORO. Sejak Itu, konsolidasi internal KOSGORO menjadi kian semarak. Kekuatan Generasi Muda KOSGORO, terlebih dengan kembali berkembangnya Gerakan Mahasiswa (Gema) KOSGORO menempatkan KOSGORO sebagai Organisasi Kemasyarakatan yang teramat potensial, baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
97.     Pada tahun 1979, secara hampir bersamaan, Gerakan Mahasiswa KOSGORO terkonsolidasi kembali di Malang dan Jakarta. Di Jakarta, atas prakarsa unsur-unsur Mahasiswa yang ada di Generasi Muda KOSGORO men-deklarasi-kan Gerakan Mahasiswa KOSGORO. Mereka terdiri dari Rambe Kamarul Zaman, Azhar Romli, Harry Lumowa, Dina Bardian, Syamsul Bachri, Lita Perdita Sudarto, Eliakim Tambun, DH. Jusiuf Djuhir, Sahala Marpaung, Mulya Basir Wahab, Physon Maksuni, Nita Masri Tanjung, Zaenuri Muis, Emi Hasan, Firdaus Jufri, Wawan Gunawan, dan lain lain unsur kampus Jakarta. Deklarasi Gerakan Mahasiswa (Gema) KOSGORO berlangsung di Gedung Gramadha Semanggi Jakarta Selatan.
98. Perkembangan di daerah, juga tak kalah gencarnya. Di Jawa Timur Generasi Muda KOSGORO terbentuk secara cepat dan tampil tokoh Sanggar Beringin seperti Gendut Mudjiono Mutarip dan Budihargo. Di Jawa Tengah muncul tokoh muda Rahadi Sayoga. Demikian pula di Sumatera Utara, Mas Sutardjo, Mahmuddin Lubis, dan tokoh-tokoh muda lainnya. Di Derah Istimewa Yogyakarta, tampil tokoh muda Drs. Abdul Muin Angkat yang disusul tokoh yunior-nya Eddy Saputra Sofyan SH.
99.     Di Jakarta sendiri, terbentuk Generasi Muda KOSGORO Jakarta yang dimotori tokoh-tokoh muda seperti Ir. Alex Zainur Ali, Syafren Manthovani, RF. Banendro, Berni M. Tamara, Drs. J. Isdijono, Yapto Suryosumarno (yang kemudian menjadi Pimpinan Pemuda Pancasila) dan tokoh-tokoh muda lainnya. Dalam proses pertumbuhan, antara DPP Generasi Muda KOSGORO dengan  DPD Generasi Muda KOSGORO DKI Jakarta, acapkali terjadi beda pendapat yang terkesan sebagai perseteruan. Hal itu antara lain karena Ketua Pimpinan Daerah Kolektif KOSGORO DKI Jakarta, Bendol Edardono tidak sejalan dengan langkah-langkah yang diambil oleh DPP Generasi Muda KOSGORO yang dipimpin oleh adiknya sendiri : T. Ismuyanto SK. Pergesekan (bukan perserteruan) itu menurut Mas Isman sebagai hal yang wajar, dalam rangka membangun jatidiri yang kokoh.
100.   Perseteruan atau pergesekan itu berawal dari kekesalan Bendol Edardono kepada saya (Djonharro). Semula konsep Generasi Muda KOSGORO  saya gelar dalam Rapat Pleno PDK KOSDGORO DKI Jakarta sekitar akhir April 1978. Tapi ditolak rapat, sedangkan Hikmatullah dan Effendi Jusuf  yang saya harapkan mendukung, hanya berdiam diri. Mas Bendol (Bendol Edardono) berharap, begitu gagasan itu di dukung Mas Isman, saya harus segera melapor dan bergabung dengannya dan bukan dengan teman-teman yang mendukung dan menandatangani Deklarasi 9 Mei 1978 itu. Saat itu saya masih menjabat sebagai Ketua Pemuda KOSGORO DKI Jakarta dan Ketua Korbid Pelajar GOLKAR DKI Jakarta, disamping Sekretaris KNPI DKI Jakarta, yang keberadaan saja di kelembagaan infrastruktur politik itu adalah atas jasa beliau. Oleh ”pembangkangan” itu, saya dianggap penghianat. Padahal, perpaduan unsur intelektual seperti  Dr. Merphin Panjaitan, unsur penekun dan penata adminisdtrasi keormasan seperti (saya) Djonharro dan unsur kekuatan pisik dengan jaringan hampir seluruh Jakarta seperti Mas Ismuyanto sangat di butuhkan saat itu. Satu perpaduan yang dianggap ideal untuk mengangkat misi KOSGORO, disaat yang begitu genting.
Konsolidasi Tahun 1978
101. Kelahiran Generasi Muda KOSGOR0 sebagai wadah baru ini disambut gembira oleh seluruh Keluarga Besar KOSGORO   seluruh Indonesia. Mas Isman selaku pimpinan KOSGORO mengambil sikap yang tegas dengan :
(1).Menetapkan Generasi Muda KOSGORO sebagai wadah baru pengintegrasian : Permuda KOSGORO, Gerakan Mahgasiswa KOSGORO, Gerakan Siswa KOSGORO dan Wadah Remaja SANGGAR BERINGIN.
(2). Mengaktifkan kembali seluruh slagorde KOSGORO secara nasional.
(3).Menyelenggarakan Mubes III KOSGORO pada bulan Juni 1978 di Semarang dengan kembali mengkonsolidasi KOSGORO secara Nasional.
102. Sejak Mubes Semarang itulah, KOSGORO kembali terkonsolidasi. Secara bertahap terbentuk kembali Gerakan Mahasiswa KOSGORO, Ikatan Sarjana KOSGORO, Wanita KOSGORO, Majelis Dakwah Ukhuwah Islamiyah, Lembaga Bantuan dan Pelayanan Hukum KOSGORO dan lain lain. Kelahiran kembali Gerakan Mahasiswa KOSGORO di awali dengan Deklarasi yang di motori para mahasiswa saai itu, antara lain : Achmad Zainuri, Rambe Karulzaman, Syamsul Bachri, Azhar Romli, Karzuli Jusuf, Haswan Yunas, Jusuf Djuhir dan para tokoh lainnya.
Kuning Kunyit di Kota Klaten
103.  Awal 1979, saya ikut Mas Isman bersama rombongan besar berkunjung ke Jawa Tengah. Memasuki kota Klaten dari arah Solo, rombongan terhenti dibatas kota karena dihentikn serombongan pemuda bersepeda motor dan berbaju Kuning Kunyit berlambang KOSGORO di saku kanan. Mereka melaporkan diri kepada Mas Isman di mobil terdepan untuk memandu rombongan masuk kota.
104. Memasuki kota Klaten warna Kuning Kunyit nyaris meyapu seluruh kota. Ditempat upacara, tatkala Mas Isman memberikan wejangan, Ketua DPD Generasi Muda KOSGORO Kab. Klaten, Drs. Djuwardi, BBA melaporkan dan mengusulkan agar warna Kuning Kunyit dapat diterima sebagai Warna Identitas dan Atribut KOSGORO. Mas Isman meng-iyakan, dibawah gemuruh tepuk tangan yang hadir.
105. Sejak saat itu, warna Kuning Kunyit menjadi warna Identitas dan Atribut KOSGORO. Menurut cerita sementara pihak, tatkala Sarwono Kusumaatmadja terpilih sebagai Sekjen DPP Golkar priode 1983-1988, warna identitas dan atribut Golkar menampilkan juga warna Kuning, tapi lebih cerah Cerah dan berlaku hingga saat ini.
Perkaderan dengan Forta
106.   Tahun 1980, Pimpinan KOSGORO memulai perkaderan, dengan mempergunakan sistem : Forum Orientasi dan Tatap Muka (FORTA). Sistem ini mempersempit jarak antara Narasumber dan Kader. Sehingga dapat berlangsung adu argumentasi secara akrab dalam menemukan satu kesepakatan dan kesimpulan atas sesuatu masalah yang sedang jadi topik bahasan.
107.   Dalam proses Forta, ditemukan 2 (dua) jenis kader. Yakni Kader Penangan yang berkemampuan memimpin yang menggebu-gebu di lapangan dan Kader Penekun yang bekerja apik dengan kemampuan mendata potensi organisasi dengan ketekunan. Perpaduan dari kedua jernis kader ini, akan kian memacu perkembangan dan kejayaan KOSGORO.
108. Mas Isman mempersiapkan kader-kader muda sebagai Instruktur yang disebar ke berbagai penjuru tanah air, urtamanya di Pulau Jawa. Terdapat nama-nama : T. Ismuyanto SK, Dr. Merphin Panjaitan, Djonharro, Eddy Sofyan, Rambe Kamarulzaman, Syamsul Bachri, Azhar Romli, Wawan Gunawan dll.
109. Lewat Perkaderan FORTA pemahaman tentang Ke-Kosgoro-an meluas secara Nasional dan pada sisi yang lain, banyak melahirkan kader-kader muda KOSGORO yang militan yang pada perkembangan terakhir banyak mencapai puncak karier sebagai tokoh masyarakat dan Pejabat Publik.
110.   Berkembangnya Forta sebagai forum perkaderan, kemudian berlanjut dengan lahirnya Group Diuskusi Nasional (GDN), yang gebrakan dan kiprahnya sangat menonjol dengan menelurkan gagasan dan pemikiran dalam berbagai bidang kebangsaaan. GDN untuk pertama kalinya di pimpin oleh Ir. Sarwono Kusumaatmadja sebagai Ketua Umum yang dibantu oleh Drs. Abduil Muin Angkat sebagai Sekretaris Eksekutif yang waktu itu, hijrah ke Jakarta setelah selesai kuliah di Universtitas Islam Yogyakarta. Kepoemimpinan Generari Muda KOSGORO Daerah Istimewa Yogyakarta  kemudian beralih kepada  Eddy Saputra Sofyan SH.
Kepemimpinan Group Diskusi Nasional, selanjutnya di percayakan keoada Rambe Kamarul Zaman dan yang terakhir kepemimpunan GDN di percayakan keoada Siswono Yudho Huusono, hingga tahun 2000. Sedangkan pelembagaan FORTA di bentuk Bapekanas (Badan Pengelola Kader Nasional) yang di percayakan kepada Ir. Sarwono Kusiumaatmadja (sebagai Ketua) dan Rambre Kamarul Zaman (senbagai Sekretaris).
111.   Dimasa kejayaan KOSGORO ini, ada sekelompok orang di luar struktur yang tanpa disadari turut mewarnai kebijakan pimpinan. Kelompok ini, di namakan Kelompok Ponakawan. Mereka adalah para pejuang TRIP Jawa Timur, yang entah karena apa, mereka tidak duduk dalam kepengurusan formal organisasi. Dalam prakteknya, mereka dapat menyampaikan keluhan jalur bawah kepada pimpinan atau membuka kemauan pimpinan atas sesuatu masalah. Lebih hebatnya lagi, mereka sering mendapat tugas khusus dari Mas Isman atau bahkan menegur Mas Isman kalau keliru dalam kebijakan. Mereka ini antara lain para senior yang disegani seperti Abdullah Oemar Saleh, Bebek Soediyanto dan beberapa orang lainnya.
Mas Isman Wafat
112. Antara tahun 1979 hingga 1982 kesehatan Mas Isman kian menurun. Sempat di operasi jantungnya di Houston USA. Selama menjalani Operasi Jantung, MW, Soedarto di tunjuk sebagai Pjs. Ketua Umum. Sekembali dari USA, Mas Isman masih menjalankan aktifitasnya baik sebagai anggota DPR RI, sebagai Pimpinan KOSGORO dan sebagai Pimpinan KOSGORO Business Group. Setiap akhir Minggu, Mas Isman ke Surabaya, dan menginap di Elmi Hotel miliknya. Namun, pada tanggal 12 Desember 1982 beliau wafat dalam usia 58 tahun di Hotel Elmi Surabaya.
113. Wafatnya Mas Isman, dianggap banyak pihak sebagai kepergian seorang tokoh Nasional yang sangat dekat dengan Rakyat, yang disegani semua pihak. Sebagai perwira TNI Angkatan Darat, terakhir beliau menyanfdang pangkat Mayor Jenderal.
114. Jenazah Mas Isman di terbangkan dari Surabaya ke Jakarta. Dalam kedukaan yang teramat dalam, puluhan ribu massa mengantar Mas Isman ke peristirakatan terakhir di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir Jakarta Selatan.
115. Kepemimpinan Mas Isman dilanjutkan oleh Mas Martono, sebagai Pjs. Ketua Umum hingga berlangsungnya Musyawarah Besar V. Mas Martono bukan dari kalangan TRIP Jawa Timur, tapi dari Tentara Pelajar Kebumen. Tatkala itu. Mas Martono, menjabat sebagai sebagai Menterri Transmigrasi RI.
Munas III Golkar
116. Dalam Munas III Golkar di Jakarta tahun 1983, terpilih Ketua Umum : Sudharmono SH dan Sekretaris Jenderal Ir. Sarwono Kusumaatmaja (kader KOSGORO). Sejak itu, keanggotaan Golkar adalah Stelsel Aktif Perorangan. KOSGORO berdiri sendiri sebagai Organisasi Kemasyarakatan, namun anggota-anggota KOSGORO pada dasarnya adaah Anggota Golkar secara indivividu. Antara Golkar dan KOSGORO terpisah secara Undang Undang. Golkar diatur berdasarkan Undang Undang Kepartaian dan Orsospol, sedangkan KOSGORO diatur berdasarkan Undang Undang No. 8 Tahun  1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan.
117. Dalam kurun waktu 1972 – 1998, hubungan Golkar yang menjadi Induk Politik Keluarga Bsar Golkar dengan Ormas-ormas Orientasi Karya dan Kekaryaan termasuk KOSGORO tidak begitu signifikan. Sehingga KOSGORO acapkali melancarkan kritik internal bagi pengakaran dan pengembangan Golkar sebagai lokomotif politik Orde Baru. Golkar lebih mengembangkan potensi ABG 3 (tiga) jalur, yakni : Keluarga Besar ABRI, Birokrat dan Golkar sendiri.
Regenerasi Kepemimpinan
118. Tahun 1985, berlangsung Musyawarah Besar V KOSGORO di Jakarta. Kepemimpinan Mas Martono lima tahun kemudian beralih kepada Soeprapto sebagai Ketua Umum dan HR. Agung Laksono sebagai Sekretaris Jenderal, dalam Mubes VI KOSGORO di Surabaya Tahun 1990. Soeprapto adalah TRIP “Yunior” (masih duduk dibangku Sekolah Rakyat pada saati TRIP Jawa Timur terbentuk) seangkatan Masjchun Sofwan dan Arismunandar. Soeprapto wafat tahun 2004 di Jakarta dan Arismunandar wafat di Jakarta tahun 2009, sedangkan Masjchun Sofwan saat ini masih dalam keadaan sehat walafiat di Jakarta. Selama kepemimpinan duet Soeprapto – Agung Laksono, KOSGORO memiliki Dana Abadi, dalam jumlah yang cukup besar sebagai salah satu sumber biaya organisasi.
119. Pada akhir tugas keduanya, Dana Abadi itu merupakan salah satu asset organisasi yang diwariskan kepada pimpinan berikutnya. Dalam Mubes VII di Jakarta Tahun 1995, Soeprapto kembali terpilih dengan Suara Terbanyak. Namun ia mengundirkan diri dan menyerahkan kepada kandidat terpilih terbanyak kedua :  Bambang Soeharto. Sehingga kepemimpinan ini beralih kepada duet Bambang Soeharto dan H. Effendi Jusuf SH, sebagai Ketua Umum dan Sekjen untuk lima tahun kedepan. Baik Bambang Soeharto maupun H. Effendi Jusuf SH, adalah Generasi Penerus.
IV. PERUBAHAN POLITIK 1998

Munas VII Golkar

120. Tahun 1998 terjadi perubahan politik ditanah air, dengan berakhirnya kepemimpinan HM. Soeharto sebagai Presiden RI, yang selama 32 tahun memimpin Pembangunan Indonesia hingga tahap mendekati tinggal landas. Golkar sendiri harus menyesuaikan diri dengan perubahan politik saat itu. Dengan kepemimpinan Ir. H. Akbar Tandjung, Golkar berubah menjadi Partai Politik. Ormas-ormas pendiri Golkar, terutama : KOSGORO, SOKSI dan MKGR mulai mendapat angin segar. Selain keberadaanya diakui sebagai cikal bakal Golkar, juga kader-kader terbaiknya, diberi kesempatan dalam kepengurusan partai dan juga berpeluang untuk ikut berkompetisi dalam pengembangan karir pada jabatan-jabatan public.
121. Namun, Perubahan politik nasional tahun 1998 itu pula,  dengan kegandrungan pada perubahan, berimbas kepada keseluruh potensi bangsa, termasuk KOSGORO. Dalam tubuh KOSGORO berkembang gerakan Anti Golkar yang saat itu terus berkobar. Dengan dalih indepensensi, dengan menapsirkan ”Sekber Golkar” pada Pedoman Perjuangan Mas Isman dengan pengertian lain, berkembang berbagai gagasan untuk mengembangkan independensi (tidak berorientasi pada Golkar). Perpecahan kian nampak dengan puncaknya dalam Mubes VIII Tahun 2000 di Jakarta.
Mubes VIII KOSGORO – Berhenti di Jalan Buntu
122.   Musyawarah Besar VIII KOSGORO merupakan tonggak hitam sejarah yang paling rapuh yang mewarnai perjalanan sejarah KOSGORO. Dalam forum regenerasi pimpinan dalam siklus lima tahunan, KOSGORO yang di masa peralihan politik itu ikut terkontaminasi dengan semangat anti kemapanan yang tengah menjadi euphoria (kegandrungan).
123. Mubes VIII berlanjut hingga dua tahap, namun perpecahan tak terhindarkan. Semula Mubes VIII KOSGORO berlangsung tanggal 12 -15 Nopember 2000 di Hotel Indonesia. Mubes ini gagal memilih Ketua Umum baru. Berkembang nama HR. Agung Laksono dan Hayono Isman, dengan pendukung yang sama-sama kuat. Mubes lanjutan, berlangsung tanggal 11-13 Mei 2001 dengan mengambil tempat di Hotel Cempaka – Jalan Jend.Suprapto Jakarta Pusat. Disinilah perpecahan itu terjadi.
124. HR. Agung Laksono mendapat dukungan dari Pimpinan Daerah Kolektif KOSGORO Provinsi seluruh Indonesia dan satu gerakan : Ikatan Sarjana KOSGORO, sedangkan Hayono Isman didukung oleh seluruh Gerakan, Badan dan Lembaga tingkat Pusat, kecuali Ikatan Sarjana KOSGORO, sebagaimana yang diceritakan Ir. Victor Silalahi (Alm) kepada Djonharro.
125. Pimpinan Musyawarah Besar VIII KOSGORO yang terdiri dari : Ketua : H. Syamsul Bachri, M.Sc, Wakil Ketua : Drs. Abdul Muin Angkat, Sekretaris : Drs. I. Wayan Gunawan, dengan Anggta-anggota : Drs. H. Manzarni, Drs. Hari Setio, Drs. Haris Tugiman, MM dan Drs. Abdullah Dola MS – berusaha matian-matian untuk mempertahankan keutuhan organisasi. Namun mereka terpojok pada dua kepentingan yang berseberangan. Sehingga, Mubes yang berlangsung tanggal 10 – 14 Nopember 2000 di Hotel Indonesia itu, berhadapan dengan yang tak disukai : Berhenti di Jalan Buntu.
126. Mubes lanjutan, berlangsung tanggal 11-13 Mei 2001 dengan mengambil tempat di Hotel Cempaka – Jalan Jend. Suprapto Jakarta Pusat. Mubes lanjutan ini malahan kian mempertajam perbedaan sikap dan pendapat kedua kubu yang bertikai. Untuk segera mengakhiri petentangan itu, maka terbentuklah pimpinan mubes yang baru yang terdiri dari :  Ketua : Djeliteng Soejoto (Jawa Timur), Wakil Ketua : Drs. Soeryadi Hadiwiyoto (Jawa Barat), Bachtiar Kahar (Sumtera Barat), dengan Anggota-anggota : Agustinus Aronggear (Papua), Drs. H. Machmuddin Lubis (Sumatera Utara) dan Gusti Iskandar SA, SE (Kalimantan Selatan). Pimpinan Mubes ini sesuai dengan aspirasi yang berkembang dalam Mubes, menetapkan HR. Agung Laksono sebagai Ketua Umum terpilih. Yang segera mengusun kepengurusan Pimpian Pusat Kilektif KOSGORO Masabhakti : 2001-2006.
127. Sementara itu, kubu Hayono Isman memaklumkan keberadaanya sebagai pewaris perjuangan KOSGORO dan segera menetapkan kepengurusan Pimpinan Pusat Kolektif KOSGORO Masabhakti : 2001-2006. Dalam kepengurusan itu, Drs. Abdul Muin Angkat, ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal.
128. Kepemimpinan dan kepengurusan ganda ini berlangsung selama 2 (dua) tahun. Upaya perujukan dan islah terus dilakukan bahkan dengan peranan para tokoh senior KOSGORO. Namun tidak pernah membawa hasil, karena kedua belah pihak sama-sama merasa benar. Sehingga masing-masing berjalan sendiri-sendiri.
129.   Kubu HR. Agung Laksono bertekad mempertahankan amanat Pedoman Perjoangan Mas Isman dengan Orientasi Karya dan Kekaryaan, sedangkan Kubu Hayono Isman bertekad mengembangkan Independensi dengan tidak lagi menggunakan Pedoman Perjoangan Mas Isman  dan Buku Forta karangan Mas Isman  yang bernapaskan Golkar.
130. Untuk mengakhiri konflik, Hayono Isman dan Drs. Abdul Muin Angkat menggugat HR. Agung Laksono dan H. Syamsul Bachri MSc karena dianggap sebagai pihak yang tidak berhak memimpin KOSGORO dengan mempergunakan atribut-atributnya. Tetapi Pengadilan Negeri Jakarta Timur menolak gugatan itu dan bahkan menempatkan PPK KOSGORO pimpinan HR. Agung Laksono dan H. Syamsul Bachri MSc sebagai kepengurusan yang sah dan berhak mempergunakan atribut-atribut KOSGORO dan mengelola asset-asset organisasi KOSGORO. Dalam perkara banding, kembali Pengadilan Tinggi DKI Jakarta memperkuat keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur itu, dengan memenangkan duet HR. Agung Laksono & H. Syamsul Bachri, MSc.
131. Pada sisi yang lain, baik para tokoh, fungsionaris, maupun para kader dan anggota KOSGORO menarik kesimpulan, bahwa upaya perujukan, islah dan semacamnya untuk mempersatukan kedua kubu telah dilaksanakan secara maksimal, namun tidak membuahkan hasil. Kemudian berkembang pemikiran yang sangat jernih dan gagasan yang sangat arif, yakni: memberi kebebasan kepada kedua kelompok ini berjalan sendiri-sendiri, dengan mengembangkan kemampuan masing-masing. Diharapkan, masyarakat, bangsa, negara dan sejarah yang akan menilai, siapa yang unggul dalam mengembangkan Pedoman Perjoangan dan Tridharma : Pengabdian, Kerakyatan dan Solidaritas sebagai warisan paling berharga dari Mas Isman dan TRIP Jawa Timur, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
132. Diharapkan, dengan berkibarnya dua bendera, yakni KOSGORO dan bendera KOSGORO 1957 yang berlomba-lomba dalam mengembangkan Tridharma: Pengabdian – Kerakyatan – Solidaritas dan Pedoman Perjuangan, dalam masyarakat. Maka dibanyak tempat, dan semua kalangan akan melihat, merasakan dan memperoleh manfaat dari kehadirannya. Dengan demikian, maka timbulnya dua organisasi akan menghilangkan perseteruan dan membangun semangat kejuangan dan kompetisi sehat dalam turut ambil bagian dalam pembangunan bangsa sesuai cita-cita Mas Isman.
IV. DEKLARASI KOSGORO 1957

Meluruskan kembali garis perjuangan

133. Sehubungan suasana itu, maka pada tanggal 8 Februari 2003, para tokoh, fungsionaris dan kader KOSGORO berkumpul Hotel Ciputra – Grogol Jakarta untuk mengambil jalan terbaik dengan men-deklarasi-kan KOSGORO 1957. Usai penandatangan Deklarasi yang ditandatangani oleh 57 tokoh dan kader dari seluruh Indonesia itu, berbunyi antara lain : (1). Meluruskan kembali garis perjuangan yang berorientasi pada karya dan kekaryaan dan (2). Mengembangkan kembali semangat persatuan dan kesatuan tahun 1957. Dan dengan dua kendaraan bus rombongan para deklarator, menuju kantor DPP Partai Golkar di Slipi. Deklarasi dibacakan oleh Drs. H. Djuwardi BBA (Ketua PDK KOSGORO Klaten Jawa Tengah – Almarhum) dihadapan Ketua Umum DPP Partai Golkar Ir. H. Akbar Tandjung di Aula Kantor DPP Partai Golkar – Jalan Anggrek Nely Murni Jakarta Barat, pada hari itu juga, 8 Februari 2003 pukul 14.00 siang.
134. Guna memantapkan keberadaan organisasi KOSGORO 1957, organisasi ini telah terdaftar di Depdagri dan mendapat pengesahan dari Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 11/D.III.3/IX/2004 Tanggal : 30 September 2004. Sedangkan Logo KOSGORO 1957 telah mendapat pengesahan hak paten dari Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak, Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang Jenderal Hak Kekaryaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia, Nomor: 023455 Tanggal : 14 April 2003.
Mubes I : Suasana Pembaharuan
135. Lahirnya Deklarasi KOSGORO 1957 tanggal 8 Februari 2003 itu, konsolidasi berlanjut dengan penyelenggaraan Musyawarah Besar I KOSGORO 1957, dalam suasana pembaharuan. yang berlangsung di Hotel Kemang – Jakarta Selatan tanggal 22 – 24 Maret 2003. Dalam Musyawarah Besar I KOSGORO 1957 ini hadir 22 delegasi Pimpinan Daerah Kolektif KOSGORO 1957 Provinsi seluruh Indonesia dan delegasi Barisan Muda KOSGORO 1957 dan delegasi Gerakan Persatuan Perempuan KOSGORO 1957 di tingkat Pusat. Panitia Penyelenggara dipimpin oleh H. Sofhian Mile, SH. Panitia Pengarah dipimpin oleh H. Syamsul Bachri, MSc dan Panitia Pelaksana dipimpin oleh Henky Muljosudjono.
136. Mubes ini menunjuk 7 (tujuh) Pimpinan Mubes I KOSGORO 1957 yang terdiri dari, Ketua : HM. Paskah Suzetta (PPK), Sekretaris : Hj. Mega Putri Tarmizi, BSc (Lampung), dengan Anggota-anggota : Drs. HM. Djonharro (PPK), H. Sofhian Mile, SH (PPK), Drs. H. Mahmuddin Lubis (Sumatera Utara), H. Muhammad Riyanto, SH, MSi (Jawa Tengah) dan Agustinus Arronggae (Papua).
137. Mubes I ini juga memberikan Mandat Penuh kepada HR. Agung Laksono sebagai Ketua Umum Terpilih sekaligus sebagai Formatur Tunggal, penyusunan komposisi dan personalia Dewan Penasehat Organisasi dan Pimpinan Pusat Kolektif KOSGORO 1957 Masabhakti: 2003-2008.
138. Ketua Umum Terpilih, sesuai dengan mandate yang diterima menetapkan H. Soeprapto sebagai Ketua Dewan Penasehat Organisasi KOSGORO 1957 Masabhakti 2003-2008 dengan 5 (lima) orang Wakil Ketua, satu orang Sekretaris (ex officio) dan 2 (dua) Wakil Sekretaris serta 50 orang Anggota.   Sedangkan Pimpinan Pusat Kolektif KOSGORO 1957 Masabhakti : 2003-2008 terdiri dari Ketua Umum : HR. Agung Laksono dengan 15 (limabelas) orang Ketua, Sekretaris Jenderal: H. Syamsul Bachri, MSc dengan 8 (delapan) orang Wakil Sekjen, Bendahara Umum : Drs. Setya Novanto dengan 8 (delapan) orang Wakil Bendahara Umum. Sementara itu, kepengurusan sektoral oleh 12 (dua belas) Departemen dengan personalia sebanyak 68 (enampuluhdelapan) orang.
139. Sukses konsolidasi Organisasi KOSGORO 1957 pada masabhakti I : 2003-2008, antara lain terbentuknya kepengurusan Pimpinan Daerah Kolektif di 33 provinsi dam 420 kabupaten/kota seluruh Indonersia dan pengembanganGerakan,Badan dan Lembaga secara Nasional, kian memantapkan keberadaan KOSGORO 1957 secara Nasional.
140. Disamping sukses yang dicapai kader-kader terbaik KOSGORO 1957 dengan mendapat kepercayaan Rakyat dan Negara untuk menduduki jabatan-jabatan public sedangkan kegiatan-kegiatan organisasi berkembang sesuai arahan Program Umum KOSGORO 1957.
Mubes II : Memperkokoh Semangat Kebangsaan
141. Musyawarah Besar (Mubes) II KOSGORO 1957 dengan thema sentral : Memperkokoh Semangat Kebangsaan, yang berlangsung di Jakarta tanggal 3-6 April 2008 yang dibuka secara resmi oleh Presiden DR. Susilo Bambang Yudhoyono yang di dampingi oleh Wakil Presiden Drs. HM. Jusuf Kalla, di hadiri oleh 1.500 orang peserta dari 33 (tigapuluhtiga) provinsi, 420 (Empatratus duapufuh) kabupaten/kota dan 9 (Sembioan) Gerakan, Badan dan Lembaga tingkat Pusat. Penyelenggraan Musyawarah Besar II ini, kian memastikan kemantapan eksistensi KOSGORO 1957 ditengah-tengah Masyarakat, Bangsa dan Negara.
142. Panitia Penyelenggara Mubes II dipimpin oleh H. Marzuki Achmad SH dan Drs. J. Isdijono sebagai Ketua dan Sekretaris,Panitia Pegarah dipimpin oleh H. Rambe Kamarulzaman MSc dan Drs. HM. Djonharro sebagai Ketua dan Sekretaris, sedangkan Panitia Pelaksana dipimpin oleh Drs. Setia Novanto dan DR. HM. Azis Syamsuddin dan Hayani Isman Sutoyo sebagai Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
143. Mubes II dipimpin oleh Pimpinan Mubes II yang terdiri dari Ketua : H. Rambe Kamarulzaman MSc (PPK KOSGORO 1957), Sekretaris : Isyana W. Sadjarwo SH (Bakumham KOSGORO 1957), dengan Anggota-anggota : Dra. Henny Ida Astuti ( Himpunan Pengusaha KOSGORO 1957), HE. Tarmizi Sabkie MBA (PDK KOSGORO 1957 Prov. Lampung),
144. Musyawarah Besar II KOSGORO 1957 kali ini secara aklamasi memilih HR. Agung Laksono sebagai Ketua Umum Terpilih, sekaligus sebagai Ketua Tim Formatur yang bertugas menyusun komposisi dan personalia Dewan Penasehat Organisasi dan Pimpinan Pusat Kolektif KOSGORO 1957 Masabhakti: 2008-2013.
145. Tim Formatur yang terdiri dari HR. Agung Laksono sebagai Ketua dibantu oleh Sekretris Tim: Dra. Hj. Juniwati Masjchun Sofwan (unsur PPK KOSGORO 1957 Demisioner), Ir. Airlangga Hartarto (Barisan Muda KOSGORO 1957), Drs. Freddy Latumahina (Forum Diskusi Nasional KOSGORO 1957), Ir. H. Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin (Sumatera Selatan), H. Gusti Iskandar SA, SE (Kalimantan Selatan), Ir. Eko Sarjono Putro (JawaTengah), Anwar Pua Geno, SH (Nusa Tenggara Timur).
146. Tim Formatur, menetapkan Ibu Sulasikin Murpratomo sebagai Ketua Dewan Penasehat Organisasi (DPO) dan kembali mempercayakan kepemimpinan Pimpinan Pusat Kolektif KOSGORO 1957 kepada trio: HR. Agung Laksono sebagai Ketua Umum Terpilih, H. Syamsul Bachri, MSc sebagai Sekretaris Jenderal dan Drs. Setya Novanto sebagai Bendahara Umum.
147. Kepengurusan Dewan Penasehat Organisasi dan Pimpinan Pusat Kolektif KOSGORO 1957 terdiri dari para tokoh dan kader senior KOSGORO 1957 dengan komposisi yang sangat lengkap (21 bidang/sektoral) dan dengan jumlah personil yang cukup besar. Diharapkan, kepengurusan ini mampu membangun masadepan KOSGORO 1957 yang jauh lebih baik.
148. Hingga berlangsungnya Musyawarah Besar II KOSGORO 1957  April 2008, KOSGORO 1957 telah berkembang dengan jaringan Gerakan, Badan dan Lembaga.
Gerakan terdiri dari : Barisan Muda KOSGORO 1957 – Gerakan Persatuan Perempuan KOSGORO 1957 – Himpunan Pengusaha KOSGORO 1957 – Himpunan Mahasiswa KOSGORO 1957 – Koperasi KOSGORO 1957
Badan, terdiri dari : Badan Advokasi dan Hak Azasi Manusia KOSGORO 1957 – Badan Kesenian dan Kebudayan KOSGORO 1957 – Badan Pembina Pendidikan Nasional KOSGORO 1957 – Badan Perkaderan KOSGORO 1957
Lembaga, terdiri dari : Komite Beasiswa KOSGORO 1957 – Yayasan Universitas KOSGORO 1957 – Stima KOSGORO 1957 – Forum Diskusi Nasional KOSGORO 1957 – Paguyuban Kader KOSGORO 1957 di FPG DPR RI
Jakarta,        April 2011
Drs. HM. Djonharro